Kamis, 28 Mei 2020

FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL SPESIALISASI DI FOTO LANSCAPE / WILDLIFE

Salam sejahtera sahabat................... Semoga kita selalu sehat dan selalu dalam lindungan-Nya Aamiin

Kali ini kita akan membahas 5 Tokoh Fotografer Nasional Spesialisasi di Foto Lanscape / Wildlife. Postingan ini guna memenuhi tugas UAS FOTOGRAFI dengan dosen pengampu Bpk. Hermanto M.Ti


1. Riza Marlon 




Menjadi fotografer khusus membidik hewan-hewan yang masih tinggal di alam liar bukanlah pekerjaan mudah. Tapi, itu dilakoni Riza Marlon sejak 20 tahun lalu. Kini, karya Riza, pria  kelahiran Jakarta, 12 Januari 1960 sudah terpampang di berbagai publikasi LSM asing. Lembaga milik PBB seperti World Wild Fund (WWF), atau LSM Internasional seperti The Nature Conservacy (TNC), dan Wildlife Conservation Society (WCS) adalah beberapa nama yang menggunakan foto karya Riza. Dengan latar belakang hobi menyayangi binatang, Riza menekuni dunia fotografi sejak bangku SMA. Awal mulanya, Riza mengabadikan objek-objek binatang di lingkungan sekitarnya. Saat masuk kuliah di Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Riza semakin termotivasi untuk menekuni fotografi alam liar.

Berbekal biaya sendiri, Riza memulai petualangan untuk mencari objek alam liar. Sasaran pertamanya adalah kehidupan liar di Pulau Sumatera. Petualangan di Sumatera dilalui hingga berbulan-bulan. Keanekaragaman binatang dan suasana alam terekam dalam karya foto Riza. Saat itu Riza mulai menawarkan hasil karyanya untuk dipublikasikan dalam berbagai penerbitan. Melalui publikasi semacam itulah Rizal mulai populer sebagai fotografer alam bebas. Menurut Riza, pengalaman di fotografi alam liar tidak hanya mendapatkan foto binatang secara eksklusif. Pengalaman yang tak kalah berharga adalah belajar mengenali kearifan lokal. 

sumber : https://www.jpnn.com/news/riza-marlon-20-tahun-jadi-fotografer-spesialis-alam-liar-indonesia


Hasil Foto Riza Marlon


 Cangak Abu karya Riza Marlon


Rusa Timor karya Riza Marlon


Maleo Sekanwor karya Riza Marlon 


Orang Hutan karya Riza Marlon


Bekantan karya Riza Marlon


Trapidolaemus Latincitus karya Riza Marlon


2. Don Hosman



Don Hasman adalah seorang Fotografer Indonesia yang fenomenal. Lahir di kota Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1940. Ia mulai memotret sejak usianya 11 tahun. Kemudian menginjak dunia Fotografer Profesional pada tahun 1968. Pada tahun 1979, ia bekerja sebagai wartawan sebuah Tabloid di Jakarta hingga akhirnya pensiun pada tahun 1995. Don Hasman adalah seorang fotografer berbakat yang memiliki jiwa petualang. Pada tahun 1978 ia melakukan pendakian ke pegunungan Himalaya, sehingga ia berhasil tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang telah menginjakkan kaki di Himalaya yang tingginya kurang lebih 6.150 meter diatas permukaan laut. Tak hanya Himalaya, ia juga telah menaklukkan puncak gunung Kilimanjaro di Tanzania pada tahun 1985.
Di usianya yang menginjak 70 tahun, ia melakukan perjalanan yang terbilang luar biasa. Dengan bermodal berjalan kaki dari Saint Jean Pied de Port hingga Katredal Santiago de Compostela, Spanyol, ia menempuh seribu kilometer dengan tujuan mengabadikan semua yang dilihatnya dengan kamera. Perjalanan ini ditempuhnya dalam waktu 35 hari. lebih dari 14.000 foto berhasil diperoleh dalam perjalanan ini. Foto-foto yang bernilai seni tinggi banyak dihasilkan oleh Don Hasman. Ia tak segan berbagi ilmu dan pengalamannya. Kepribadiannya yang sederhana membuat sosoknya dikagumi oleh junior-juniornya. Kini ia masih menjabat sebagai ketua Asosiasi Fotografer Indonesia dan masih aktif sebagai fotografer. Ia tercatat sebagai salah satu dari 100 Famous Photographer in The World oleh pemerintah Perancis.
sumber : https://www.merdeka.com/don-hasman/ (29 Mei 2020)

Hasil Karya Don Hosman













3. Darwia Triadi



Darwin Triadi adalah seorang fotografeer Indonesia. Lahir di kota Solo, Jawa Tengah pada 15 Oktober 1954. Diawali pada tahun 1980 dari foto untuk brosur Hotel Borobudur dengan bayaran sebesar Rp 50.000, perjalanannya semakin dikenal karena berani menampilkan sesuatu yang berbeda. Tahun 1981 Darwis bersama para fotografer amatir memamerkan hasil karyanya. Rekan-rekan fotografernya memajang bermacam-macam foto bertemakan lanskap dan humanis, Darwis kala itu memajang foto beberapa model dan peragawati. Para pengunjung kaget sekaligus kagum. Tetapi tidak sedikit orang juga yang menyebut Darwis sebagai fotografer yang tidak tahu teknik foto serta menentang arus. Tahun 1990 dia diberi kepercayaan untuk menampilkan karyanya di majalah tahunan yang berskala internasional Hasselblad. Dalam waktu yang bersamaan, ia sempat mempresentasikan slide andalannya dalam acara Photo Kina International Competition di Kohn, Jerman.
Majalah Vogue yang juga berskala internasional memajang karyanya pada artikel spesial tentang Indonesia. Produsen lampu Broncolor, Bron Elektronik AG dari Swiss, juga memilihnya untuk mengisi kalender Broncolor tahun di 1997. Karya Darwis di bidang fotografi juga bisa di lihat dari berbagai macam foto produk-produk untuk iklan dari berbagai produsen besar seperti Nokia, Philips, BCA, Permata Bank, Satelindo, Indofood,Sony Ericsson, Telkom, PT. Unilever, Bank Mandiri, Mustika Ratu, Sari Ayu, Warner Music, Aquarius Music, Sony Music. Darwis juga telah menghasilkan karya berupa buku mengenai fotografi seperti Kembang Setaman, Secret Lighting dan Terra Incognita Tropicale. Juga majalah Indonesian Photographer. Darwis sering membuat seminar, dan workshop tentang fotografi. Dia juga telah mendirikan lembaga pendidikan fotografi di Jakarta Selatan. Dan memiliki studio Darwis Triadi Photography, dia juga membuka sekolah yang diberi nama Darwis Triadi School of Photography. Sebuah tempat yang merupakan salah satu impian dari Darwis, agar fotografi menjadi lebih terbuka.

Hasil Karya Darwin Triadi










4. Arbain Rambey





Pria dengan rambut cepak dan kaca mata berbingkai hitam ini sudah tidak diragukan lagi kemampuan menulis dan fotografi. Lahir di Semarang, 2 Juli 1961, Arbain Rambey mulai memotret pada tahun 1977 bersama teman-temannya di SMA Loyola 1, Semarang. Mengenyam pendidikan yang tidak berhubungan dengan dunia jurnalistik. Arbain lulus dan menjadi sarajana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung tahun 1988. Setelah lulus, Arbain bekerja sebagai reporter dan fotografer. Keahliannya dalam bidang fotografi juga lah yang mengantarkan ia menjadi redaktur foto Kompas menggantikan Kartono Riyadi pada tahun 1996. Arbain yang merupakan anak tunggal lahir dan tumbuh di Semarang dan tinggal bersama bibinya karena kedua orang tuanya harus bekerja. Ketertarikan Arbain dalam dunia fotografi rupanya sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Sejak umur 5 tahun, Arbain mulai tertarik dengan album foto, membolak-balik album foto menjadi kegemaran Arbain kecil pada saat itu. Pada usia 13 tahun Arbain sudah menguasai teknik cuci dan cetak foto hitam putih. Kamera pertamanya bermerek Ricoh dengan tipe 500 GX ia dapatkan pada tahun 1977.

Sebagai wartawan fotografer handal, Arbain tentunya memiliki segudang prestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa prestasi yang telah diperoleh Arbain, antara lain Juara Tunggal Festival Seni Internasional Art Summit 1999, memenangkan medali perunggu 2 tahun berturut-turut pada Lomba Salon Foto tahun 2006 dan 2007, serta Juara 1 lomba foto MURI tahun 2008. Arbain juga pernah beberapa kali mengadakan pameran foto, seperti Ekspresi (Medan, 2002), Mandailing (Medan, 2002), Senyap (Bentara Budaya, Jakarta, 2004), Colour of Indonesia (Galeri Cahaya, Jakarta, 2004), Crossing Bridges (Singapura, 2004), Persatoen (Melbourne, 2005), Nusantara (bersama Makarios Soekojo) (Hotel Aston, Jakarta, 2006). Kegiatan Arbain sekarang lebih banyak berupa mengajar. Ia mengajar di beberapa universitas swasta di Jakarta seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Media Nusantara, dan Darwis School of Photography. 

Hasil Karya Arbani Rambey





 https://arbainrambey.com/ (29 Mei 2020)









5. Oscar Matuloh



Oscar Motuloh lahir di Surabaya, 17 Agustus 1959. Ia tertarik dengan bidang jurnalistik dan segala hal yang berkaitan denga itu. Ia pernah menjadi reporter di Kantor Berita Antara pada tahun 1988. Kini ia aktif mengajar di FFTV Institut Kesenian Jakarta dan menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, ia juga aktif sebgai juri di sejumlah kompetisi fotografi di dalam maupun luar negeri. Tahun 1988, ia menjadi reporter di Kantor Berita Antara. Dua tahun kemudian, ia diangkat untuk menempati posisi divisi pemberitaan visual sebagai pewarta foto. Ia mempelajari fotografi bukan melalui kursus atau pendidikan khusus, namun otodidak. Selain aktif menjadi pewarta foto, ia kini memimpin Kantor Berita Foto Antara dan juga menjadi Kepala Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara. Ia juga ikut mendirikan Pewarta Foto Indonesia, organisasi yang menghimpun seluruh pewarta fto di Indonesia. Ia beberapa kali menyelenggarakan pameran dan workshop bertemakan fotografi. Ia juga pernah menerbitkan sejumlah buku tentang fotografi. 

Rabu, 13 Mei 2020

Ilmuwan Nasional Bidang Teknologi

Assalamualaikum sahabat........

Berikut adalah 5 Ilmuan Nasional Bidang Teknologi yang membanggakan Indonesia loh. Yuk simak!!!


1. Bacharuddin Jusuf Habibie






Siapa yang tidak mengenal, Presiden RI ke-3 ini, dia dikenal sebagai sosok Bapak Teknologi di Indonesia. Salah satu keberhasilannya yang membuat kagum Indonesia adalah saat berhasil mengajak putra-putri Indonesia menciptakan pesawat N-250. Ini merupakan pesawat pertama milik Indonesia, selain itu hal ini juga membawa perkembangan pesat Indonesia dalam bidang teknologi.
Kemudian, pada 26 April 1976, pria kelahiran 25 Juni 1936 ini bahkan telah berhasil mendirikan industri pesawat terbang pertama yang ada di kawasan Asia Tenggara yakni PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Industri tersebut akhirnya berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985.
Atas strategi yang dilakukan oleh BJ Habibie pada bidang teknologi, banyak hasil yang telah diciptakannya, seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, kemampuan pelatihan, sampai jasa pemeliharaan bagi mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water cannon, kendaraan RPP-M, kendaraan kombat, dan berbagai keperluan sipil serta militer lainnya.

2. Warsito Purwo Taruno




Pria kelahiran 15 Mei 1967 telah menemukan sebuah teknologi yang patut diacungi jempol. Warsito mampu menemukan sebuah alat yang dapat membantu membasmi kanker, khususnya otak dan payudara.
Pada 2004 pria bergelar doktor itu sukses menyelesaikan risetnya dan berhasil membuat prototipe dari alat pembasmi kanker. Alat tersebut berupa helm serta rompi yang memiliki teknologi berbasis electrical capacitive volume technology (ECVT).
ECVT dikembangkan oleh Warsito melalui sebuah pusat riset yang dia bangun, yakni Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) Edwar Technology. Lokasinya berada di kawasan Tangerang Selatan, Banten, yang menggunakan bangunan ruko setinggi dua lantai.

3. Khoirul Anwar



Satu lagi peneliti Indonesia yang telah menorehkan prestasi di kancah internasional. Dia adalah Prof. Dr. Khoirul Anwar. Lahir pada 22 Agustus 1978 di Kediri, Jawa Timur. Penemu dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Temuannya ini kemudian mendapatkan penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan. Kini hasil temuan yang telah dipatenkan itu digunakan oleh sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang.
Dosen sekaligus peneliti yang bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang ini adalah lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung dengan predikat cum laude di tahun 2000. Ia kemudian meraih gelar master dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST) pada tahun 2005 dan gelar doktor pada tahun 2008 di kampus yang sama. Pada tahun 2006, ia juga pernah menerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS), di California. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada tahun 2007.

4. Prof. Dr. Ir. Sedijatmo


Pondasi cakar ayam. Teknologi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Putera asli Karanganyar, Jawa Tengah ini adalah tokoh insinyur sipil yang juga cendekiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung. Berkat pemikiran dan kecerdasan beliau, teknologi pemasangan pondasi yang kokoh di atas tanah labil banyak diterapkan pada berbagai bangunan. Bahkan, di seluruh dunia lho!
Saat menjadi pejabat PLN, beliau diminta untuk mendirikan tujuh menara listrik tegangan tinggi di rawa-rawa Ancol. Saat itu, Pak Sedijatmo dihadapkan pada persoalan struktur tanah di daerah rawa-rawa yang lembek, juga labil. Lalu muncullah gagasan mendirikan Menara di atas pondasi pelat beton yang dengan topangan pipa beton di bawahnya. Pipa atau pelat beton ini bersatu dan mencengkeram tanah lembek dengan kuat sehingga jadi dasar menara yang kokoh. Pondasi yang dibuatnya mampu mengurangi hingga 75 persen tekanan pada permukaan tanah di bawahnya jika dibanding dengan pondasi biasa. Sejak saat itu nama pondasi cakar ayam muncul.
Kemudian pondasi cakar ayam ini digunakan di beberapa bandara, gedung-gedung di Indonesia, maupun luar negeri. Ini memungkinkan landasan menahan beban hingga dua ribu ton atau setara dengan pesawat super jumbo jet. Kehebatan temuan lulusan ITB angkatan 1934 ini mendapat pengakuan paten dari puluhan negara di dunia.

5. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo




Josh Sri Sumantyo, panggilan dekat dari Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, dilahirkan pada tanggal 25 Juni 1970 di Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (dulu AURI), di Markas Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Sulaiman, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Ia ialah putra kedua dari pasangan Michael Suman Juswaljati (Instruktur Paskhas TNI-AU dan terakhir anggota Fraksi Tentara Nasional Indonesia DPRD Wonogiri) dan Florentina Srindadi. Ia mempunyai satu abang yang sudah meninggal dan dua adik, yaitu Franciscus Dwi Koco Sri Sumantyo (sekarang di Halim Perdanakusuma, Jakarta) dan Lucia Tri Erowadanti Sri Sumantyo (sekarang di Pemerintah Daerah Wonogiri).

Ia mulai mengenyam pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Islam Aisyah Kandang Menjangan Kartasura, SDN IV Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah (1977-1983). Kemudian dilanjutkan ke SMPN 1 Kartasura (1983-1986), Sukoharjo, dan Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Surakarta atau Solo, Margoyudan [17](1986-1989), Solo dengan Jurusan Fisika (A1). Selanjutnya Josh Sri Sumantyo memperoleh gelar B.Eng dan M.Eng dalam bidang rekayasa komputer dan kelistrikan di Universitas Kanazawa, Jepang pada tahun 1995 dan 1997 dengan beasiswa Science and Technology Manpower Development Program (STMDP) II atau (beasiswa pada zaman Menristek Habibie) untuk S-1 dan Rotary International Scholarship Foundation untuk S-2, berturut-turut (Subsurface Radar Systems) dan gelar Ph.D. dalam bidang Sains Sistem Artifisial (Applied Radio Wave and Radar Systems: Satellite onboard Synthetic Aperture Radar) dari Graduate School of Science and Technology, Universitas Chiba, Jepang pada tahun 2002 dengan beasiswa dari Okamoto International Scholarship Foundation, Satoh International Scholarship Foundation dan Atsumi International Scholarship Foundation untuk menuntaskan studi S-3 atau Doktoral.

FOTO DAN BIOGRAFI FOTOGRAFER NASIONAL SPESIALISASI DI FOTO LANSCAPE / WILDLIFE

Salam sejahtera sahabat................... Semoga kita selalu sehat dan selalu dalam lindungan-Nya Aamiin Kali ini kita akan membahas 5 To...